MANADO, mejahijau.com – Merangkak naiknya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah berdampak terhadap bisnis perbankan di Indonesia. Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan. Posisi pada pekan kedua September 2018, nilai dolar bertengger pada Rp14.855, atau hampir menembus angka Rp15.000 per dolar.
Melemahnya nilai tukar rupiah, apakah berdampak terhadap PT (Persero) Bank Sulut Gorontalo (BSG)? Direktur Utama PT BSG Jeffry AM Dendeng baru-baru ini menjelaskan kepada mejahijau.com sejumlah pengaruh kian melemahnya nilai tukar rupiah terhadap bisnis keuangan “Torang pe Bank” yang dipimpinnya.
Menurut Dirut PT BSG ini, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS jelas akan berpengaruh pada suku bunga bank di semua bank termasuk PT (Persero) Bank Sulut Gorontalo (BSG).
“Tetap ada pengaruhnya terhadap bisnis keuangan bank. Kenaikan dolar ini akan berdampak pada kenaikan suku bunga meski secara makro sebenarnya sistem perbankan solid dan kuat serta mampu bertahan dari depresiasi nilai tukar,” ungkap Dirut Jeffry Dendeng.
Pria kelahiran Kota Manado 7 Desember 1957 pentolan Magister Manajemen Universitas Indonesia (UI), Jakarta, 1996 mengurai, terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar pasti akan ada kebijakan-kebijakan moneter yang akan diambil oleh pemerintah.
“Pasti akan ada kebijakan dari pemerintah, misalnya program pengetatan keuangan dan terobosan lain yang menguntungkan moneter kita,” kata Jeffry.
Lanjut dikatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar berimbas pada ikut melemahnya daya beli masyarakat. Dan pemerintah sedianya menelorkan program yang akan memproteksi semua kegiatan moneter dan insustri rakyat.
“Pemerintah pasti membuat paket program supaya depresiasi nilai tukar rupiah tidak semakin liar. Itu akan ada pada sektor moneter dan industri rakyat. Olehnya kita tidak perlu panik, tetaplah optimis,” kata Jeffry.
Dia tak menampik kalau depresiasi nilai tukar rupiah memiliki pengaruh terhadap bank yang dipimpinnya.
“Yang jelas berpengaruh pada suku bunga, dan itu berdampak bukan hanya pada Bank SulutGo saja, tetapi bank-bank lainnya,” pungkas Dirut BSG Jeffry Dendeng.
Kekuatiran depresiasi nilai tukar rupiah, menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi), didorong faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga AS, perang dagang antara AS-Cina, hingga krisis ekonomi yang melanda Turki serta Argentina.
“Saya selalu melakukan koordinasi berkaitan sektor moneter, sektor industri, pelaku usaha. Koordinasi yang kuat ini menjadi kunci menjaga perekonomian kita,” kata Jokowi.
Sementara Direktur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyebut nilai tukar rupiah tidak akan terperosok jauh. Depresiasi nilai tukar rupiah tidak akan terjadi goncangan ekonomi, dan Bank Indonesia akan terus mengawasinya.(vanny)