MANADO, mejahijau.com – Gempa dan Tsunami yang menghajar Kota Palu benar-benar menyisahkan duka mendalam bagi warga Sulawesi Utara (Sulut).
Setelah atlit Paralayang Petra Mandagi dan Glenn Mononutu ditemukan tewas, keesokan hari Selasa (02/10/2018), sekira pukul 11.00 Wita, giliran Franky Kowaas dikabarkan ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.
Berita mangkatnya Franky Kowaas disiarkan Tonaas Wangko Brigade Manguni Indonesia (BMI) Lendy LE Wangke.
“Kepada seluruh anggota dan pengurus Brigade Manguni Indonesia hari ini juga segera berkumpul di rumah duka di Kelurahan Ranotana. Kia akan melakukan penjemputan, almarhum adalah mantan Sekjen DPT BMI. Jasadnya telah ditemukan meninggal dunia,” ungkap Wangke.
Lanjut dikatakan pimpinan tertinggi Ormas adat BMI ini, almarhum tewas di hotel Roa-Roa Kota Palu saat terjadi gempa bumi dan tsunami Jumat (28/09/2018) lalu.
Terhitung jasad Franky Kowaas usia 57 tahun ditemukan empat hari kemudian setelah bencana yang memporak-poranda kota Palu, Donggala, dan Parigi di Sulawei Tengah (Sulteng).
Almarhum Kengkang sapaan akrabnya diduga tewas karena terjebak reruntuhan bangunan hotel Roa-Roa yang naas itu.
Almarhum dikenal sosok yang gigih dalam banyak hal. Ia tercatat sebagai salah satu atlit tangguh dalam olahraga-olahraga ketangkasan menantang, seperti terjun payung, paralayang, mendaki gunung, arung jeram, hingga menyelam.
Ayah dua anak dan suami tercinta Nanvie Tagah ini pernah menaklukkan puncak Gunung Elbrus – Rusia, Puncak Kilimanjaro – Tanzania Afrika, serta beberapa kali memanjat gersangnya Puncak Carstensz Pyramid – Papua.(arya/vanny)