MANADO, mejahijau.com – Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, SE memaparkan nilai-nilai Pancasila dihadapan 3000-an generasi milenial mahasiswa Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Rabu (24/10/2018).
Talkshow Pancasila Goes To Campus yang mengusung tema Membumikan Pancasila di Era Milenial di Auditorium Unsrat, Manado, Gubernur berbicara dengan kata lugas sehingga mudah dimengerti para mahasiswa.
“Pancasila senantiasa harus diyakini kebenarannya, dipelajari, dimengerti, dipahami, serta dipraktikkan dalam kehidupan agar tetap kokoh sebagai living ideology,” katanya.
Olly membuka sesi interaksi sehingga penyampaian materi menarik perhatian dan minat seluruh mahasiswa yang memadati ruangan auditorium.
Gaya menjelaskan Olly dengan contoh-contoh kekinian membuat para milenial Unsrat kian semangat mengikuti talkshow sekaligus menjadi aksi nyata Gerakan Indonesia Bersatu pada iven Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental (PKN-Revmen) yang sedianya berlangsung pada tanggal 26 sampai 28 Oktober 2018.
Tak dipungkiri dalam beberapa dekade terakhir ini, Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia, kata Olly, sempat terpuruk ditandai munculnya perilaku masyarakat yang mulai melupakan Pancasila.
“Amnesia bangsa terhadap pancasila harus dicegah. Sangat tepat keputusan Presiden Joko Widodo yang menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila,” cetus Olly spontan disambut tepuk tangan para mahasiswa.
Oleh karena itu, Olly meminta semua milenial Unsrat Manado memahami pentingnya sejarah lahirnya Pancasila.
“Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia harus diketahui asal usulnya dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi, agar kelestarian Pancasila dapat terus dijaga, dikawal dan diamalkan dalam praktis kehidupan kemasyarakatan,” ucap Olly.
Selain Pancasila, lanjut Bendahara Umum PDIP ini, mahasiswa Unsrat sekiranya dapat memahami dan mengamalkan empat pilar bangsa, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), UUD-RI 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Mengutip pandangan Presiden Soekarno, empat pilar kebangsaan adalah karakteristik khas Bangsa Indonesia. Pandangan Presiden Soekarno, tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama dengan bangsa Indonesia.
Tiap-tiap bangsa memiliki karakteristik sendiri dengan cara berjuang sendiri-sendiri. Karakteristik Indonesia adalah kebesaran, keluasan, dan kemajemukan.
“Perlu konsepsi, kemauan dan kemampuan yang kuat untuk menopang karakteristik tersebut,” bebernya.
Lebih jauh, Olly juga menerangkan konstruksi empat pilar kebangsaan. Ia menegaskan penyebutan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara tidaklah dimaksudkan bahwa keempat pilar tersebut memiliki kedudukan yang sederajat. Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda.
Lanjut dikatakan, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar yang lain. Pilar NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sudah terkandung dalam UUD 1945, tetapi dipandang perlu untuk dieksplisitkan sebagai pilar-pilar tersendiri sebagai upaya preventif mengingat besarnya potensi ancaman dan gangguan terhadap NKRI dan wawasan kebangsaan.
UUD1945 adalah konstitusi negara sebagai landasan konstitusional bangsa Indonesia yang menjadi hukum dasar bagi setiap peraturan perundang-undangan di bawahnya.
Sedangkan NKRI sebagai pilar merupakan bentuk negara yang dipilih sebagai komitmen bersama. NKRI adalah pilihan yang tepat untuk mewadahi kemajemukan bangsa.
Usai talkshow “Membumikan Pancasila di Era Milenial”, Olly bersalaman dengan para mahasiswa yang menghampirinya. Olly pun menyambut dan mengajak para mahasiswa untuk foto bersama.
Talkshow turut dihadiri Rektor Unsrat, Ellen Kumaat, Kaban Kesbangpol Sulut Meiki Onibala, dan civitas akademika Unsrat.(*arya)