AIRMADIDI, mejahijau.com – Bunyi Tetengkoren menggema dipukul berulangkali Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey di Sutan Raja Convention Centre, Minahasa Utara, Kamis (28/03/2019) pagi.
Membunyikan tentengkoren disaksikan Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) Pendeta Henriette T Hutabarat-Lebang, sebagai tanda Konferensi Gereja dan Masyarakat (KGM) X-PGI secara resmi dibuka.
“Selamat berkonferensi Gereja dan Masyarakat X PGI,” tandas Gubernur Olly kepada seluruh peserta konferensi.
Gereja-gereja di Indonesia, kata Olly, harus menyatukan visi, misi, serta persepsi pelayanan seluruh komponen demi terciptanya pola pelayanan efektif yang mencerminkan karakter Kristus dengan berbagai buah-buah roh.
“Sehingga eksistensi gereja mampu merumuskan dan menghasilkan jalan keluar terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan bergereja dan bernegara. Seluruh komponen bangsa diharapkan terus mengamalkan nilai-nilai Pancasila, guna menanggulangi kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme dan kerusakan lingkungan,” kata Olly.
Lanjut dikatakan, gereja juga harus memainkan peranannya dalam membangun karakter bangsa dengan memberikan pencerahan-pencerahan etik, moral dan spiritual kebangsaan, baik dari nilai-nilai agama, maupun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
“Tujuannya sebagai upaya mencari titik kesamaan dan pandangan yang sama tentang kehidupan berbangsa yang berkeadilan,” katanya.
Gubernur Olly berharap seluruh peserta KGM X-PGI dapat membawa Gereja-Gereja di Indonesia pada peran dan sumbangsih yang semakin strategis, proaktif, dan sinergis, sejalan dengan arah kebijakan dan program kerja pemerintah.
Sementara Ketum PGI Pendeta Henriette T Hutabarat-Lebang mengapresiasi dukungan pemerintah daerah atas terlaksananya KGM X-PGI.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Pemprov Sulut yang telah mendukung penuh penyelenggaraan konferensi ini,” kata Pdt Henriette.
Ketum PGI ini juga mengajak seluruh peserta konferensi untuk ikut bersama-sama mengatasi masalah kemiskinan, ketidakadilan dan radikalisme di tengah masyarakat.
“Gereja bersama-sama dengan berbagai kelompok masyarakat maupun kerjasama dengan pemerintah harus terus mengupayakan kesejahteraan bagi segenap warga masyarakat Indonesia,” katanya.
Semua upaya tersebut, kata dia, harus didukung dengan komitmen untuk selalu menjaga keutuhan bangsa Indonesia meskipun dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.
“Ketika kita semua berkomitmen mensejahterakan masyarakat Indonesia, dengan demikian kita bisa bergandeng tangan sebagai masyarakat Bhineka Tunggal Ika yang saling menghargai, saling menghormati perbedaan perbedaan yang ada, dan menjadikan perbedaan sebagai kekayaan yang dapat disumbangkan untuk kemaslahatan semua masyarakat,” ujar Ketum PGI.
Untuk diketahui, KGM X-PGI mengangkat tema “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir” berdasarkan Kitab Wahyu 22:12-13 dengan sub tema “bersama seluruh warga bangsa, gereja memperkokoh NKRI yang demokratis, adil dan sejahtera bagi semua ciptaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”.
Adapun tujuan pelaksanaan KGM X-PGI, untuk mengevaluasi persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia, khususnya yang dihadapi umat Kristiani sebagai upaya membangun bangsa sekaligus memberi sumbangsih bagi kemajuan, kemaslahatan umat Kristen dan warga masyarakat.
Nantinya, setiap usulan dari peserta konferensi akan dibahas pada Sidang Raya PGI XVII pada November 2019 di Nusa Tenggara Timur.
Pembukaan KGM X-PGI turut dihadiri Sekretaris Umum PGI Pdt Gomar Gultom, Majelis Pekerja Harian PGI (MPH-PGI), Sekjen Sinode Am Gereja-Gereja di Sulawesi Bagian Utara dan Tengah Pdt Zakarias Widodo, Ketua BPMS GMIM, Pdt Dr Hein Arina, Ketua Umum Panitia Pelaksana KGM X-PGI Pnt Royke Roring, dan perwakilan Christian Conference of Asia (CCA), Rev Grace Moon.(arya/hps)