TAHUNA, mejahijau.com – Hari kebersihan se-dunia yang jatuh hari Sabtu, 22 Juni 2019, menjadi momentum menarik bagi rakyat di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Masyarakat barengan dengan organisasi bernama Mehengke Nusa gencar melakukan kampanye tidak membuang sampah sembarangan. Mehengke Nusa dalam bahasa Sangihe yang artinya mengangkat tanah tumpah darah.
Masyarakat antusias membersihkan yang merusak lingkungan supaya bumi menjadi sehat. Adapun penggerak kegiatan ini terpusat di Mexico, yang diikuti serentak hampir 40 negara di dunia.
Setiap tiga bulan dilaksanakan kegiatan bersih-bersih menyeluruh atau disebut dengan global clean up relay.
Dampak buruk dari sampah menjadi momok menakutkan negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, atau negara belahan Eropa.
Masyarakat dunia kini menyadari dampak sampah plastik jika dibakar mengeluarkan asap beracun dioksin. Jika racun ini masuk ke dalam tubuh manusia akan menimbulkan penyakit berbahaya, yaitu paru-paru, pembengkakan hati, dan lain sebagainya.
Berikut beberapa dampak sampah plastik terhadap manusia, antaranya:
Tercemarnya tanah, air, dan juga makhluk hidup di bawah tanah, seperti cacing. Racun-racun dari plastik berupa zat styrene trimer, bisphenol A, akan meracuni air yang biasanya dijadikan air minum atau mandi dalam kehidupan sehari-hari.
Sampah plastik dari PCB (polychlorinated biphenyl) tidak terurai walaupun sudah dicerna hewan dan tumbuhan. Justru akan menjadi suatu racun berantai sesuai urutan makanannya. Olehnya tidak menutup kemungkinan, manusia berada di dalam mata rantai tersebut.
Sampah plastik akan mengganggu jalur terserapnya air ke dalam tanah berakibat menurukan kesuburan tanah.
Hal ini karena plastik juga dapat menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah, dan membatasi ruang gerak makhluk hidup di bawah tanah yang berperan dalam proses penyuburan tanah.
Sampah plastik susah diurai. Ia mempunyai umur panjang dari 200 sampai 400 tahun. Bahkan para peneliti Dunia mengatakan, plastik baru bisa terurai 1000 tahun kemudian.
Imbas lain hewan-hewan dapat terjebak dalam tumpukan sampah plastik hingga mati mengenaskan. Hewan-hewan laut, seperti lumba-lumba, penyu, anjing laut, menganggap sampah atau kantong plastik sebagai makanannya.
Padahal akibat dari itu mereka bisa mati hanya gara-gara tidak mampu mencernanya.
Ketika hewan-hewan yang menelan sampah atau kantong plastik mati, maka sampah atau kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tak akan hancur. Namun tetap utuh sehingga menjadi bangkai yang dapat meracuni hewan lainnya, dan manusia berada di mata rantai sekitarnya.
Pembuangan sampah plastik secara sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan alirannya sehingga bukan tidak mungkin akan menyebabkan banjir ketika hujan turun.
Di Desa Nagha 1 Kecamatan Tamako, khususnya di jembatan Tinepu, kini terjadi penumpukan sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat dari beberapa desa.
Desa-desa penyumbang sampah di jembatan Tinepu, diduga antaranya Desa Urung Peliang, Pokol, Binala, Balane.
Melalui kegiatan bersih-bersih sampah yang dimotori Mehengke Nusa, Bupati Sangihe Jabes Ezar Gaghana beserta jajarannya tergerak aktif membersihkan sampah di bantaran sungai Tinepu.
Gerakan sosial yang melibatkan kurang lebih 150 orang itu menjalar hingga ke pantai Mantelagheng (Tamako) dengan berhasil mengumpul 61 kantong sampah plastik.
Selanjutnya Mehengke Nusa bertindak sebagai bank sampah, sedianya akan mengolah sampah plastik menjadi barang dagangan yang memiliki nilai jual. Sampah plastik diolah menjadi hiasan dinding serta berbagai bunga-bungaan yang indah.
Hasil dari kreatifitas mereka bahkan sudah dibeli para pejabat, salah satunya Dirjen Kementerian Lingkungan Hidup. Kegiatan juga disponsori PLN Tahuna ini, Bupati Jabes Ezar Gaghana berharap organisasi Mehengke Nusa tetap dapat menjadi motor penggerak kesadaran masyarakat atas sampah melalui kampanye jangan membuang sampah sembarangan.
Buanglah sampah pada tempatnya demi kebersihan lingkungan dan kesehatan manusia.(asril)