MANADO, mejahijau.com – Lembaga Investigasi Badan Advokasi Penyelamat Aset Negara (LI-BAPAN) mengkritisi sikap tak manusiawi GM PT PLN Suluttenggo.
Kritikan dilancarkan LI-BAPAN yang mewakili keluarga korban, terkait sikap tak peduli manajemen PT PLN Suluttenggo kepada keluarga korban yang tewas tertimpa gardu listrik pada Juni 2016 silam.
“Sudah hampir lima tahun manajemen PT PLN Suluttenggo mengabaikannya. Padahal seorang guru yang tewas karena instalasi PT PLN Suluttenggo,” ungkap Freddy Tulangow SH MH baru-baru ini kepada redaksi mejahijau.com.
Menurutnya, Leo Maria Basuki Bremani selaku GM PT PLN Suluttenggo harusnya menyikapinya dengan kompensasi atau ungkapan duka, atau apalah namanya dalam bentuk perhatian kepada keluarga korban yang menjadi korban oleh instalasi BUMN tersebut.
“Tidak ada kompensasi yang diberikan kepada keluarga korban. Ini kan tidak manusiawi. Dan kasus ini akan terus kami kawal sampai ada rasa keadilan dan kebenaran kepada keluarga korban,” tandas Tulangow.
Korban yang meninggal bernama Dra Meity Mawuntu. Korban tewas adalah seorang guru merupakan tulang punggung penghidupan keluarga.
Sementara GM PT PLN Suluttenggo Leo Maria Basuki Bremani dikonfirmasi melalui Humas Marthen Salmon via selular mengatakan, pihaknya nanti mau bahas dulu secara internal.
Adapun korban adalah seorang guru SMA Negeri 1 Manado, tewas seketika saat mobil yang ditumpanginya hendak ke sekolah tertimpa gardu listrik. Bersama korban di dalam mobil, sopir Yolanda (23) anak korban, Edo (25) menantu korban, dan dua orang cucu, Rafael (6) dan Yulio (4).
Saat melintasi Jalan Kayu Bulan, Malalayang 1, Kota Manado, tiba-tiba sebatang pohon roboh dan tersangkut kabel listrik hingga menyeret gardu menimpa mobil yang ditumpangi korban. Saat evakuasi korban sedikit mengalami kesulitan.
Pasalnya gardu listrik yang menimpa korban kena tepat di kepala korban. Dan korban tewas ditempat seketika itu juga.(ferry)