TAHUNA, mejahijau.com – Kapolres Kepulauan Sangihe AKBP Tony Budhi Susetyo SIK menegaskan, pihak menggelar pengamanan di wilayah perbatasan dengan negara Philipina secara ketat.
“Kami perketat pengamanan di wilayah perbatasan dengan Filipina. Tidak boleh ada barang terlarang yang masuk ke Sangihe,” tandas Tony Susetyo di Tahuna, Senin, 20 Maret 2021.
Menurutnya, pengamanan di wilayah perbatasan fokus pada kegiatan masyarakat pelintas batas antara Sangihe dengan Philipina.
“Semua pelintas batas Sangihe-Philipina, begitu juga sebaliknya akan mendapat pemeriksaan super ketat dari aparat kepolisian. Itu diberlakukan baik dokumen, orang, maupun barang yang masuk,” tegas Tony.
Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan negara Philipina, diakuinya Kabupaten Sangihe potensial dijadikan daerah transit oleh para pelintas batas.
“Semua barang yang dibawa oleh pelintas batas Philipina-Sangihe tetap diperiksa. Jangan ada barang terlarang yang dibawa masuk ke Sangihe,” cetusnya Kapolres AKBP Tony Budhi Susetyo.
Dia mengakui kalau aktivitas pelintas batas antara masyarakat Sangihe dengan Philipina sudah ada sejak lama secara turun temurun.
Kabupaten Sangihe, katanya, adalah pintu gerbang jalur transportasi dari Philipina masuk ke Indonesia. Sehingga mutlak harus dilakukan pengawasan disertai pengamanan yang super ketat.
Kalau ada tanda-tanda mencurigakan, lanjut dia, Polres Sangihe butuh kerjasama masyarakat untuk segera memberikan informasi kepada aparat keamanan.
Terkait kasus bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makasar, AKBP Tony Budhi Susetyo mengatakan, pihaknya meningkatkan pengamanan atas kegiatan masyarakat termasuk pelaksanaan ibadah di masjid maupun di gereja.
“Kami juga memperketat pengamanan semua kegiatan ibadah baik di gedung gereja maupun masjid,” kata Kapolres Tony Susetyo.
Upaya peningkatan pengamanan di wilayah Kepulauan Sangihe setelah peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Minggu pagi.
“Selama ini jajaran Polres Sangihe selalu melakukan pengamanan terhadap kegiatan masyarakat termasuk di gedung ibadah. Namun dengan peristiwa bom di Makasar, pengamanannya lebih diperketat lagi,” kata Tony Susetyo.
Menghadapi perayaan hari besar umat Kristiani yaitu Jumat Agung dan Paskah, pihaknya segera berkoordinasi dengan pengurus gereja untuk pengamanan pelaksanaan ibadah.
“Kami segera berkoordinasi dengan semua pengurus gereja agar ditempatkan anggota Polisi saat pelaksanaan ibadah Jumat Agung serta Paskah nanti,” jelas Tony Susetyo.
Kepolisian bekerja sama dengan tokoh masyarakat serta tokoh agama untuk bersama-sama menciptakan situasi yang nyaman dan aman untuk masyarakat.
Informasi dari masyarakat, katanya, sangat dibutuhkan untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki terjadi. Pengamanan adalah tugas semua pihak termasuk masyarakat, sehingga komunikasi dan informasi harus tetap dibangun dengan aparat keamanan terdekat.(gustaf pukoliwutang)