MANADO, mejahijau.com – ‘Mulut bocor’ Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma menuai kritik pedas. Buntutnya dari aksi marah-marah Risma terhadap para pejabat Kementerian Sosial yang dinilainya tak becus saat kunjungan ke Balau Wyata Guna, Bandung, Jawa Barat, Selasa, 13 Juli 2021.
Saat itu Risma mengumpulkan ASN di Balai Wyata Guna. Risma mendamprat beberapa pejabat yang bawahannya.
“Tolonglah, rakyat susah saat ini. Teman-teman itu masih beruntung setiap bulan ada gaji. Coba yang jualan di luar, gimana mau ngasih makan mereka kalau masak gitu aja modelnya,” berondong kata-kata Risma.
Risma turut melontarkan ancaman kepada ASN yang tk bisa bekerja maksimal akan dipindahkan ke wilalah Provinsi Papua.
“Saya nggak bisa pecat orang, tapi saya bisa pindahin ke Papua,” sergah mantan Walikota Surabaya ini dengan tegas.
Terkait aksi marah-marah Risma mendapat kritik Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Veronica Koman. Menariknya Veronica mengaku tak kaget Risma mengancam ASN-nya yang kinerjanya lelet dipindahkan ke Papua.
“Ga kaget,” ucap Veronica Koman sebagaimana dikutip pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadi @VeronicaKoman, Selasa, 13 Juli 2021.
Dari ucapannya itu, kata Veronika, mantan Walikota Surabaya ini memang sosok yang rasis terhadap Papua.
“Bu Risma emang rasis sama Papua kok,” sergah Veronica Koman menambahkan.
Di akhir cuitannya, Veronika mengingatkan kembali rekam jejak tindakan Risma kepada masyarakat di Papua, salah satunya pada 02 Desember 2018 silam.
“Jajaran Bu Risma bersama Polri dan TNI mengeluarkan paksa seratus lebih mahasiswa Papua dari kota Surabaya sebagai syarat lepasnya 233 mahasiswa Papua yang ditangkap massal,” bebernya.
Juru Bicara (Jubir) Gubernur Provinsi Papua, Rifai Darus angkat bicara soal pernyataan Mensos Risma yang melontarkan ancaman akan memindahkan ke Papua ASN yang kerja tak becus.
Rifai mengaku keberatan karena Papua bukan tempat untuk ASN yang tidak becus.
“Papua Bukan tempat ASN Tidak Becus!,” ucap Rifai seperti dikutip dari akun Twitter RifaiDarusM.
Staf Khusus Gubernur urusan media ini berharap ucapan seperti yang dilontarkan Risma tidak terucap lagi oleh para elit-elit lainnya.
“Jangan sampai kalimat ini terucap oleh elit-elit lainnya,” tegas Rifai Darus.
Senada Wakil Sekjen Partai Demokrat ini mempertanyakan mengapa Papua dijadikan ‘tempat sampah’ ASN yang tidak becus bekerja.
“Mengapa harus Papua dijadikan lokasi pemindahan para ASN berkinerja buruk?” tandasnya mempertayakan.
Kemudian, Rifai Darus menuturkan bahwa Papua bukanlah tempat yang jauh dari adab dan kecerdasan.
“Letak geografis Papua mungkin memang jauh dari ibu kota negara, tapi bukan berarti Papua jauh dari adab dan kecerdasan,” ucapnya.
Daerah ujung timur Indonesia ini, ditegaskannya, mempunyai mutiara yang ikut memajukan bangsa Indonesia.
“Banyak mutiara lahir dari Papua untuk bangsa ini, mungkin ibu lupa,” kata dia diakhir cuitannya.
Sementara Ketua Pinaesaan Wangko Indonesia, John Hes Sumual SH didampingi Sekretaris Meiyer Tanod SSos me-warning bahaya besar mengancam keutuhan NKRI dari pernyatan rasial seperti yang keluar dari mulut Mensos RI.
“Mensos Risma jangan menyulut api rasialisme terhadap masyarakat Papua. Papua bukan kubangan sampah ASN Kementerian Sosial RI yang tidak becus. Pernyataan Ibu Mensos dapat menyuut ketersinggungan kedaerahan, dan itu berbahaya terhadap keutuhan NKRI,” tandas John Hes Sumual SH.
Menurutnya, gaya rasial Mensos RI adalah cerminan dari pemerintah pusat. Meski kecenderungan pribadi Risma yang lebih menonjol dari ucapannya. Pejabat negara seharusnya mampu mengendalikan diri tidak ‘bocor-kata’ seperti itu.
“Harusnya pejabat negara mampu kendalikan diri, bukan malah menonjolkan diri. Dan akhirnya kebablasan kan?!,” tandas John Hes Sumual diiyahkan Meiyer Tanod.(kiky/ferry)