TAHUNA, mejahijau.com – Kecelakaan kerja menimpa petambang emas Meivan Philipus Munde akrab disapah Gode usia 31 tahun.
Kecelakaan terjadi di galian tambang emas perkebunan Pempulu di Lindongan V (Lumihi) Kampung Salurang Kecamatan Tabukan Selatan Tengah, Selasa, 12 Oktober 2021 sekitar pukul 10.20 Wita.
Keterangan saksi Yohanis Dudurang, pada hari naas itu sekitar pukul 09.30 Wita, ia bersama korban pergi ke lokasi tambang emas yang hanya sekira 250 meter dari rumah korban.
Setibanya di lokasi galian tambang, korban bersama saksi mengeluarkan air dari dalam lubang dengan menggunakan mesin alkon. Posisi mesin alkon tergantung sekira tiga meter di dalam lubang dari bibir lubang (pantongan).
Pada saat itu mesin alkon sudah bekerja (hidup) sekitar 30 menit, dan posisi korban berdiri di samping mesin, sementara saksi Yohanis berada di atas lubang sambil memegang pipa buangan air.
Tiba-tiba saksi melihat korban yang berada di dalam lubang dalam keadaan gemetar, lalu saksi bertanya, “Kiapa? dan di dijawab oleh korban ba diam jo di atas, pegang jo itu pipa,” tutur saksi Yohanis.
Kemudian asap dari mesin alkon sudah menebal berwarna hitam pekat. Dan saksi melihat korban jatuh ke dalam air di dalam lubang tambang, dan saksi sempat berkata kepada korban, “Ba pegang”.
Di dalam lubang sudah dipenuhi asap mesin alkon membuat pandangan terhalang dan mesin alkon mendadak berhenti. Karena panik, saksi langsung memberi tahu orang tua korban bahwa korban telah jatuh ke dalam lubang.
Setelah itu saksi Yohanis kembali ke lokasi tambang, dan berusaha memanggil korban namun sudah tidak ada jawaban.
Beberapa saat kemudian beberapa orang warga sekitar datang di lokasi dan langsung mengangkat dan mengeluarkan mesin alkon. Tak lama kakak kandung korban bernama Marnus Munde tiba di lokasi. Karena asap di dalam lubang sudah berkurang, lelaki Marnus bersama Ruyen Mangali turun ke dalam lubang untuk melakukan pertolongan kepada korban dengan cara mengeluarkan korban dari dalam lubang.
Marnus kakak korban sempat melakukan pertolongan kepada korban dengan cara menekan (memompa) dada korban dengan kedua tangannya, dan kemudian bersama warga membawa korban ke rumah orang tuanya dalam keluarga Munde-Makalihing .
Pekerjaan tambang tersebut kabarnya digeluti korban bersama saudaranya berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyandang dana.
Saksi lainnya, Yestepanus Natos alias Ratu, alamat Lindongan 1 Kampung Bowone mengatakan, dia bersama beberapa warga langsung mengangkat mesin alkon keluar dari dalam lubang.
Dengan alat penerang senter diarahkan ke dalam lubang untuk melihat keberadaan korban. Namun tubuh korban tak kelihatan karena kedalaman lubang pantongan sekira 11 meter, dan air di dalam lubang sekira 5 meter.
Herawati Dodopo, istri korban, diberitahukan ibu mertua Marce Makalihing bahwa suaminya jatuh kedalam lubang pantongan. Mendengar kabar tersebut Herawati langsung ke lokasi benar suaminya telah meninggal dunia. Ia menolak di autopi dan juga menolak pemeriksaan luar oleh tim medis.(gustaf)