BITUNG, mejahijau.com – Warga Kelurahan Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, Kota Bitung, mengeluhkan air limbah warna kehitam-hitaman meluberi rumahnya.
Sepertinya limbah sisa-sisa cairan karbon yang dikeluhkan warga itu diduga kuat berasal dari PT Mapalus Makawanua Charcoal Industry.
Cairan warna kehitaman yang mengalir dari saluran air (drainase) itulah yang menjadi permasalahan warga Kelurahan Tanjung Merah.
Diungkapkan Aneke Pusung (75), warga setempat, ia mengaku sangat khawatir air yang mengalir menuju ke emukimannya mengandung racun berbahaya.
“Kalau hujan turun, air warna hitam dari PT Mapalus Makawanua mengalir melalui saluran air,” ungkap Aneke Pusung, Kamis, 23 Juni 2022.
Lanjut perempuan janda ini, dirinya khawatir cairan dari drainase mengandung racun mematikan. Dan cairan tersebut telah membuat perabotan di rumahnya berubah warna menjadi hitam.
“Mari lihat pak, foto kita pe isi (perabotan) rumah. Lihat jo pak, samua so jadi hitam. Saya so janda pak, cuma nyanda ada perhatian dari perusahan,” ujar Pusung.
Menurut veteran ini, air kehitaman yang masuk ke dalam rumahnya berasal dari PT Mapalus Makawanua yang disebut-sebut orang beracun dan berbahaya.
Bahkan rumput dan tumbuhan banyak yang layu dan mati kering di pinggiran saluran tempat pembuangan air milik perusahaan.
Manajemen PT Mapalus Makawanua Charcoal Industry dikonfirmasi redaksi mejahijau.com melalui seorang karyawan membenarkan adanya keluhan tersebut.
“Ini sudah ditangani (DLH), dan kami sudah diberikan sanksi harus membuat saluran air (drainase). Untuk jelasnya, coba konfirmasi saja direktur perusahaan,” ujar seorang karyawan yang tak mau menyebutkan identitasnya.
Sementara Direktur PT Mapalus Makawanua yang dijabat Ridwan Mapahena dikonfirmasi via telpon selular mengatakan, cairan sisa buangan yang mengalir di saluran itu bukan semata dari perusahaan yang dipimpinnya.
“Bukan hanya perusahaan kami saja. Masih ada juga perusahaan lain yang di bagian atas dari PT Mapalus Makawanua,” ungkap Ridwan Mapahena.
Selanjutnya dijelaskan, air yang mengalir ke rumah-rumah warga sudah dilaporkan ke DLH, Dan pihak DLH sendiri sudah melakukan pengecekan air limbah itu tidak bermasalah.
“Sudah diperiksa DLH tidak masalah. Perusahaan juga sudah ketemu dengan masyarakat untuk mencari solusinya,” kata Ridwan Mapahena.
Terpisah, Kadis DLH Marianti Dumbela kepada wartaawan media ini mengatakan, air hitam yang yang diduga limbah cairan monoksida sudah di cek di laboratorium. Alhasil dari hasil pemeriksaan tak mengandung racun berbahaya.
“Itu hanya sisa arang tempurung yang dibersihkan, hingga airnya berwarna hitam. Minggu kemarin saya bersama tim sudah mendatangi perusahaan untuk mengecek. Setelah periksa di laboratorium, air tersebut tidak mengandung racun,” kata Dumbela.
Selain itu dijelaskan Dumbela, permasalahan antara warga dengan pihak perusahaan hanya persoalan saluran air saja.
Permasalahan yang mencuat, yakni, daya tampung saluran air milik perusahaan tak mampu menampung aliran air sisa pembuangan. Bahkan sebagian saluran tersebut sudah ditutupi pasir.
Akibatnya air sisa buangan keluar menjadi penyebab sisa buangan meluber ke rumah-rumah warga.
Seperti diketahui, PT Mapalus Makawanua Charcoal Industry adalah perusahaan yang memproduksi karbon aktif.
Bahan baku pembuatan karbon aktif menggunakan bahan baku tempurung kelapa untuk tujuan eksport.(steven mt)