MANADO, mejahijau.com – Puluhan Relawan Prabowo Sahabat Rakyat (PSR), Rabu, (16/08/2023) tampak memadati monumen patung DR Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi di Kelurahan Wanea, Kecamatan Wanea, Kota Manado.
Usut per usut – ternyata Relawan PSR bermaksud memperbaiki dengan mengecat kembali monumen tokoh kawanua yang sudah kusam tak terawat itu.
“Informasi yang kami peroleh, monumen DR Sam Ratulangi sudah hampir 20 tahun tidak disentuh. Sehingga Relawan PSR berinisiatif mengecat kembali untuk semaraknya hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945,” ungkap Ketua Umum Relawan PSR Kolonel (TNI-AD (Purn) Vipy Amuranto Kaunang saat disatron wartawan media ini.
BACA JUGA: Relawan PSR Kewalahan Hadapi Antusias Prabowo Presiden.
Vipy Amuranto Kaunang didampingi Sekjen Henri Rambet menambahkan, selain untuk memperbaiki dan mengecat kembali patung Sam Ratulangi yang sudah kusam supaya kelihatan lebih baik juga bertujuan mengenang jasa-jasa besar DR GSSJ Sam Ratulangi.
“Semangat juang dan jasa-jasa DR Sam Ratulangi terhadap bangsa dan negara Indonesia tercatat dalam lembaran-lembaran sejarah sehingga beliau dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Buah-buah pemikirannya luar biasa dan tetap relevan dengan kondisi terkini sekarang ini,” kata Erick sapaan akrab Ketum Relawan PSR.
Ditambahkan Sekjen Henri Rambet, inisiatif memperhatikan monumen tokoh besar bangsa Indonesia asal Minahasa DR Sam Ratulangi ini karena memang sudah hampir 20 tahun tak pernah ada sentuhan dari pemerintah.
BACA JUGA: Konsolidasi Struktur DPP-PSR, Mempertegas Kemenangan Prabowo Subianto.
“Yaa kami ambil inisiatif saja karena terkesan diabaikan, padahal jasa-jasa tokoh besar ini patut dikenang apalagi buah-buah pemikirannya sangat baik untuk dikembangkan kedepan,” kata Rambet diiyakan belasan personal Relawan PSR lainnya.
Sekadar untuk diketahui, monumen patung DR Sam Ratulangi dibangun tahun 1969 semasa pemerintahan Hein Victor Worang selaku Gubernur Suluttenggo (Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo).
Gubernur HV Worang kala itu merasa pentingnya memonumasi jasa-jasa DR Sam Ratulangi melalui patung setinggi 5 meter untuk mengenang semangat juangnya.
Di sekeliling patung DR Sam Ratulangi tampak ditumbuhi bunga-bunga indah yang mengitari bunderan areal monumen.
Letak monumennya di tengah jalan simpang empat jalan Sam Ratulangi dan Jalan Bethesda, Kelurahan Wanea, Kota Manado.
Patung awalnya terbuat dari semen dengan cat warna putih lapisan luarnya, sejak dibangun Gubernur HV Worang sudah sudah menjadi landmark Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Fragmentasi patung DR Sam Ratulangi dibuat berdiri sambil memegang buku ‘mantera’ terkenal Sitou timou tumou tou.
Secara harafiah, Sitou timou tumou tou berarti ‘manusia dapat disebut sebagai manusia jika sudah dapat memanusiakan manusia’. Atau arti lainnya, manusia hidup untuk menghidupkan manusia lain.
Di monumen tersebut ada satu tulisan yang menarik perhatian, yakni “Cita-citaku sampai di puncak Gunung Klabat tetapi sayang kaki hanya sampai (di) Airmadidi”.
Tulisan tersebut ditulis dalam sebuah catatan pribadi DR Sam Ratulangi sekitar tahun 1920-an yang menggambarkan suasana hatinya kala itu.
DR GSSJ Ratulangi lahir di Kota Tondano, Kabupaten Minahasa pada 5 November 1890. Ia wafat 30 Juni 1949 di Jakarta saat menjadi tahanan Kolonial Belanda.(*tr)