TONDANO, mejahijau.com – Warga masyarakat dimanapun berada diimbau dengan penipuan. Baru baru ini terjadi aksi penipuan berkedok order fiktif dan kelebihan uang transfer, dan nyaris meminta korban pengusaha alat berat di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Informasi ini diungkapkan marketing salah satu perusahaan suplier alat-alat berat Nico Sembel, Jumat, 28 Januari 2022 di Langowan, Minahasa.
Nico sapaan akrabnya menceritakan, awalnya kasus pada hari Minggu 23 Januari 2022 malam, sekira pukul 22.00, Ia menerima order alat berat excavator dari lelaki bernama Heri Afriansyah warga Kota Medan dengan nomor telp/WA: 0823-8417-9478.
Diungkapkan Nico, bersangkutan ingin membeli Excavator baru merek SANY type PC200. Setelah membicarakan beberapa hal, dia langsung menghubungi nomor kontak Heri Afriansyah namun tak diangkat.
Setelah itu Nico mengirim pesan, memperkenalkan diri sekalian mempertanyakan unit excavator yang dibutuhkan. Tetapi lantaran pertimbangan ketersediaan unit terbatas, akhirnya Nico menawarkan unit yang skalanya lebih kecil dari PC200.
“Beberapa saat kemudian pelaku menyatakan sepakat, asalkan unit siap dan sanggup membelinya meski lebih kecil SY 75,” terang Nico.
Pembicaraan berakhir dan besoknya, Nico melaporkan ke pimpinan perusahaan di Kota Semarang. Tetapi karena permintaan unit harus menunggu awal bulan Februari, maka pimpinannya meminta Nico pastikan keseriusan konsumen sambil mengurus persyaratan lewat pertemuan sembari menyerahkan uang tanda jadi.
“Saya hubungi pelaku tetapi tidak diangkat, dikontak 3 kali berturut-turut melalui WA juga tidak direspon,” kata Nico Sembel.
Setelah dini-hari pukul 00.49, lanjut dia, pelaku mengirim pesan WA yang bunyinya ingin memperoleh potongan harga yang sudah disebutkan sebelumnya.
Menurut Nico, pelaku tidak keberatan besarnya potongan harga serta apa yang sudah disampaikan sebagai persyaratan wajib dipenuhi karena sesuai prosedur termasuk penyerahan uang tanda jadi.
Lagi besok harinya setelah dihubungi berulang kali, telpon tak kunjung diangkat. Dan akhirnya pelaku menjawab pesan, tetapi kali ini berbicara langsung lewat kontak ponsel.
“Saya katakan pelaku harus ke Jakarta periksa kondisi mesin dan disanggupi. Karena saya berada di Sulawesi Utara, maka pertemuan dikomunikasikan langsung dengan pimpinan di kantor Semarang,” kata Nico.
Dan pelaku sepakat berkomunikasi langaung dengan pimpinan perusahaan pada 26 Januari via ponsel.
“Pimpinan perusahaan saya meminta saya memberikan masukan kepada pelaku, tetapi anehnya setelah pelaku terlibat pembicaraan ternyata dia tidak memiliki NPWP Pribadi,” ungkap Nico, bahwa pelaku minta bantuan untuk dicarikan solusi.
Perusahaan tetap memberikan pelayanan standar, meski hanya sebatas komunikasi ponsel. Untuk meyakinkan pimpinan perusahaan, pelaku meminta invoice milik perusahaan.
Setelah tanggal 27 Januari sekitar pukul 14.35 Wita, pimpinan perusahaan menyampaikan scedule dan berkas yang diperlukan sudah siap, tinggal menyiapkan unit sambil menunggu kedatangan pelaku di kantor perwakilan di Jakarta.
“Pelaku mengaku tanggal 4 Februari akan bertemu dengan pimpinan di Jakarta, tetapi terlebih dahulu dia mentransfer uang tanda jadi pada malam harinya,” ungkap Nico.
Pada malam itu pun, pelaku memberitahukan dia telah mentransfer ke rekening perusahaan sambil menunjukkan bukti transfer serta video sekalian foto copy KTP pelaku.
Namun anehnya setelah pimpinan perusahaan menyaksikan jumlah yang masuk dibukti transfer ada firasat curiga karena nominal melebihi 10% dari total kesepakatan pembelian 1 unit excavator.
“Kemudian pelaku meminta kelebihan uang yang terkirim segera ditransfer balik pada malam itu juga. Tetapi lantaran rekening perusahaan, maka pimpinan saya meminta besok hari saja akan ditransfer. Pelaku memaksa dengan dalih dana kelebihan itu akan digunakan saudara yang sedang sakit,” ungkap Nico.
Dan pembicaraan ponsel dengan pimpinan perusahaannya, memang benar terdengar suara wanita seolah-olah mereka murni sedang membantu keluarga yang sakit.
Mendengar hal itu dari pimpinannya, maka Nico pun langsung mengontak pelaku, tetapi pelaku tetap ngotot meminta segera kirim balik kelebihan uang yang sudah ditransfernya.
“Karena sudah larut malam, maka saya menganjurkan pelaku menunggu sampai besok hari saja. Setelah itu pelaku menelpon tiga kali berturut-turut, tetapi saya sudah tidak mau merespon karena sudah terlanjur curiga,” kisah Nico.
Guna memastikan kalau itu adalah benar penipuan, pimpinan perusahaan tempat Nico bekerja mengaku bukti transfer yang dikirim via WA sudah dihapus pelaku, diikuti akun WA-nya terblokir sehingga komunikasi bertiga terputus.
Atas kejadian tersebut, Nico Sembel berkeputusan bahwa, itu adalah murni penipuan yang nyaris memakan korban.
Belakangan terungkap kalau identitas KTP pelaku adalah palsu, begitu pula bukti transfer dari Bank BRI juga palsu.
Olehnya, dia mengingatkan warga masyarakat berhati hati dengan penipuan berkedok order fiktif dan kelebihan uang transfer, itu adalah modus baru penipuan.(ferry)