MANADO, mejahijau.com – Indonesia berpeluang kehilangan status tuan rumah penyelenggara Piala Dunia U-20 yang akan digelar 10 Mei hingga 11 Juni 2023 mendatang.
Hal itu bakal terjadi jika Indonesia menolak kehadiran tim Israel, menyusul aksi penolakan tim sepakbola Israel kian derasnya.
Diketahui, tim sepakbola Israel salah satu dari 24 tim yang akan berlaga pada ajang Piala Dunia U-20 di Pulau Bali.
Lepas dari sikap suka atau tidak suka tim sepakbola Israel, ternyata neraca dagang Indonesia raup untung besar USD 100,99 juta dari Israel selama 2020.
Mengutip berita kumparan, data tersebut diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterima redaksi tersebut.
Surplus ini didapatkan dari total ekspor selama tahun lalu yang sebesar USD 157,52 juta, sedangkan impor USD 56,53 juta.
Surplus ini mengartikan Indonesia lebih banyak mengekspor produk ketimbang impor dari Israel.
Berdasarkan jenis produk berdasarkan kode harmonized system (HS) 8 digit, ternyata yang paling banyak diekspor ke Israel adalah pakan babi.
Selama 2019, nilai ekspor pakan babi ke Israel mencapai USD 5,4 juta.
Nilai ini kemudian naik drastis 103 persen tahun 2020 menjadi USD 11 juta.
Dan selama Januari-Maret 2021 lalu, Indonesia masih mengekspor pakan babi ke Israel dengan nilai USD 1,04 juta atau seberat 1.281 ton.
Selain pakan babi, Indonesia juga ekspor mentega cokelat ke Israel senilai USD 12,92 juta selama 2019.
Nilainya kemudian melambat menjadi USD 10,29 juta selama tahun lalu.
Pada periode Januari-Maret 2021, ekspor mentega cokelat ke Israel mencapai USD 2,28 juta.
Ada juga ekspor serat stapel senilai USD 7,59 juta di 2019 dan USD 9,02 juta di 2020. Dan Januari-Maret 2021, nilainya mencapai USD 2,22 juta.
Negara kita juga mengekspor karet alam senilai USD 5,51 juta di 2019 dan USD 5,26 juta di 2020. Ada juga ekspor minyak sawit olahan senilai USD 5,15 juta di 2019 dan USD 4,91 juta di 2020.
Selanjutnya ekspor mentega putih atau shortening senilai USD 3,75 juta di 2019 dan USD 2,91 juta di 2020.
Selain ekspor, Indonesia juga paling banyak mengimpor barang dari logam tidak mulia senilai USD 6,25 juta dari Israel pada 2019.
Selanjutnya lokomotif kereta api atau perlengkapan dan bagiannya (USD 3,39 juta), kapal atau struktur terapung (USD 1,68 juta), dan arloji atau bagiannya (USD 1,46 juta).
Menariknya, Indonesia juga tercatat mengimpor produk dengan kode HS produk plastik dan barang daripadanya sebesar USD 519 ribu. Ini adalah barang yang bernilai tertinggi peringkat 9 yang diimpor dari Israel.(*)