BITUNG, mejahijau.com – Buang Ngantung uring-uringan berita yang menyerang dirinya. Ia dituding mengelola tambang batu ilegal di Kelurahan Tendeki.
Atas pemberitaan tersebut, Buang Ngantung akrab dipanggil Bunga terpaksa harus mengklarifikasi bahwa tudingan tersebut tidak ada.
“Saya tidak punya tambang batu. Sama sekali tidak ada. Kalau orang bilang saya jual batu dari lahan tanah milik saya, naah itu baru benar..!,” ungkap Buang Ngantung.
Hal itu diungkapkannya kepada sejumlah wartawan di rumah kediamannya di Kelurahan Manembo-Nembo, Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Minggu, (28/04/2024).
Untuk membuktikan apa yang diucapkannya, Buang menantang wartawan untuk terjun meninjau lokasi.
Pantauan wartawan setiba di lokasi memang tak ditemukan adanya aktivitas tambang batu.
Di areal lokasi terjal itu juga tidak ditemukan bekas timbunan atau aktivitas bisnis tambang batu yang diklaim sejumlah pihak.
Di lokasi tanah ada kuala kecil. Tampak bebatuan ukuran besar menghalangi aliran air. Karena terhalang bebatuan, air sungai pun mengikis lahan tanah kebun bahkan merusak jalan.
“Kuala kacili itu melintas di tanah tanah milik saya. Aliran air kuala terhalang batu-batu besar di dalamnya. Jadi saya angkat dan kebetulan ada yang bersedia membelinya,” aku Buang.
Selesai meninjau lokasi, sepulangnya para wartawan ketemu Herman Sumual selaku Ketua Rukun Tetangga (RT) di kelurahan tersebut.
“Memang tidak ada tambang batu di sana. Kalaupun ada, pemerintah pasti akan menegur siapun dia. Kita lihat saja sendiri, tidak ada bisnis tambang batu di lahan tanah milik Pak Buang,” ungkap Herman bahwa dirinya kerap meninjau areal tersebut.
Herman ditanyai soal longsoran tanah yang terjadi baru-baru ini, katanya longsoran karena faktor alam.
“Hujan deras baru-baru ini jadi penyebab longsoran,” pungkasnya.(*/tr)