MANADO, mejahijau.com – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Pemprov Sulut) mengupayakan intensitas ekspor meningkat. Menyusul nilai ekspor tahun 2018 ternyata lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Meretas masalah ekspor, Pemprov Sulut melakukan rapat Akselerasi Peningkatan Ekspor di ruang Sekretaris Provinsi Edwin Silangen, Jumat (08/02/2019).
Rapat dihadiri sejumlah intansi terkait dengan ekspor-impor dari Pemprov Sulut, Pemkot Bitung, dan Pemkot Manado.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi Sulut Jenny Karouw mengatakan, pertemuan serupa akan rutin dilaksanakan guna menemukan masalah ekspor.
“Rapat ini salah satu upaya untuk peningkatan nilai ekspor. Dalam rapat kita sudah melihat permasalahan-permasalahnya terletak dimana,” ujar Karouw kepada wartawan seusai pertemuan.
Menurutnya dari aspek penyedia barang ternyata cukup banyak namun nilainya justru sangat kurang. Apalagi nilai ekspor tahun 2018 lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Untuk tahun 2018 nilai ekspor lebih rendah daripada tahun sebelumnya,” tutur Karouw.
Kadis Perindag Sulut ini membocorkan permasalahan ekspor yang dihadapi Sulawesi Utara. Bahwa ekspor barang yang dilakukan selama ini ternyata tidak langsung ke negara tujuan ekspor di luar negeri.
“Rutenya begini dari Pelabuhan Bitung ke Surabaya dulu, setelah itu baru ke luar negeri. Di Surabaya ternyata barang ekspor ikut tercatat dari sana, bukan dari Sulut,” ungkapnya.
Karouw juga membeber ketersediaan konteiner di Pelabuhan Bitung yang tidak memenuhi syarat ekspor internasional.
“Jadi eksportir lebih cenderung urus proses administrasi ekspor dari daerah lain ketimbang dengan daerah kita. Selain itu ada regulasi yang melarang beberapa komoditi masuk ke Sulut. Hal-hal itulah yang mempengaruhi nilai ekspor kita,” jelas Karouw.
Rapat seperti ini sedianya akan rutin terus dilakukan guna menggenjot peningkatan ekspor Sulut. Next-meeting, kata dia, pihaknya akan mengundang para pelaku usaha untuk pertemuan serupa.(arya)